Sabtu, 02 November 2019

Nilai Persatuan dalam Peninggalan Islam

Wawan Setiawan Tirta
Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13. Dalam waktu singkat agama Islam berkembang di Nusantara. Proses penyebaran agama Islam dapat berlangsung karena mendapat dukungan dari berbagai pihak. Adapun pihak-pihak yang berperan dalam mengembangkan ajaran Islam adalah para pedagang dan ulama. Hubungan dagang Indonesia dengan negara-negara lain sangat erat. Misalnya, para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India. Ulama adalah orang yang ahli dalam agama Islam. Pada awal perkembangan Islam di Indonesia, peran ulama sangatlah penting. Tokoh-tokoh ulama sangat berjasa dalam penyebarluasan agama Islam.

Penyebaran Islam di Nusantara pada awalnya didorong oleh meningkatnya jaringan perdagangan di luar kepulauan Nusantara. Pedagang dan bangsawan dari kerajaan besar Nusantara biasanya adalah yang pertama mengadopsi Islam. Kerajaan yang dominan, termasuk Kesultanan Mataram (di Jawa Tengah sekarang), dan Kesultanan Ternate dan Tidore di Kepulauan Maluku di timur. Pada akhir abad ke-13, Islam telah berdiri di Sumatera Utara, abad ke-14 di timur laut Malaya, Brunei, Filipina selatan, di antara beberapa abdi kerajaan di Jawa Timur.

Peninggalan-peninggalan sejarah bercorak Islam antara lain masjid, kaligrafi, karya sastra, dan tradisi keagamaan. Berikut ini beberapa nilai persatuan yang terdapat dalam peninggalan bercorak islam.

1. Pondok Pesantren
Pondok pesantren, adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu.
  • Mengajarkan persamaan status/tidak membeda-bedakan di antara sesama. Dalam pondok pesantren tercipta suasana kehidupan pondok yang harmonis antara kyai yang disegani dan santri yang taat, cinta dan penuh hormat.
  • Memupuk kebersamaan. Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah Islamiah. Tidak ada dinding yang dapat memisahkan antara mereka. Ukhuwah ini bukan saja selama mereka di Pondok, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan ummat dalam masyarakat setelah mereka terjun di masyarakat.

2. Tradisi Sekaten
Sekaten adalah tradisi membunyikan musik gamelan milik keraton. Pertama kali terjadi di pulau Jawa. Tradisi ini sebagai sarana penyebaran agama Islam yang pada mulanya dilakukan oleh Sunan Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang membunyikan gamelan diselingi dengan lagu-lagu yang berisi tentang agama Islam serta setiap pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca syahadatain. Yang pada akhirnya tradisi ini disebut dengan sekaten. Maksud dari sekaten adalah syahadatain.
Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke Nilai Persatuan dalam Peninggalan Islam

Sekaten juga biasanya bersamaan dengan acara grebek maulud. Puncak dari acara sekaten adalah keluarnya sepasang gunungan dari Masjid Agung setelah didoakan oleh ulama’-ulama’ keraton. Banyak orang yang percaya, siapapun yang mendapatkan makanan baik sedikit ataupun banyak dari gunungan itu akan mendapatkan keberkahan dalam kehidupannya. Beberapa hari menjelang dibukanya sekaten diselenggarakan pesta rakyat. Nilai persatuan dalam acara sekaten antara lain sebagai berikut :
  • Sekaten diadakan sebagai salah satu upaya dalam menyiarkan agama Islam. Karena orang Jawa pada saat itu suka dengan gamelan, maka pada hari raya Islam yaitu hari lahirnya Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung dipukul gamelan agar masyarakar bedatangan di halaman masjid untuk mendengarkan syiar agama Islam.
  • Puncak Sekaten tepat tanggal 12 Rabiul Awal ditandai dengan Gerebeg yaitu upacara selamatan dengan dikeluarkannya gunungan dari keraton. Dari sinilah raja mengeluarkan sepasang gunungan yakni gunungan kakung dan gunungan putri yang bermakna keselamatan dan pembawa berkah. Hal tersebut menunjukkan persatuan antara raja dan rakyatnya.

3. Masjid
Masjid adalah tempat untuk beribadah umat Islam. Pada umumnya, setiap kerajaan Islam mempunyai peninggalan sejarah berupa masjid. Contoh peninggalan sejarah berupa masjid adalah sebagai berikut. Masjid Agung Demak yang didirikan oleh Walisanga. Masjid ini merupakan peninggalan Kerajaan Demak. Masjid Baiturrahman merupakan peninggalan Kerajaan Aceh. Masjid ini dibangun pada tahun 1879–1881. Masjid Agung Banten merupakan peninggalan Kerajaan Banten. Masjid ini didirikan Sultan Ageng Tirtayasa. Masjid Kudus terdapat di Kudus, Jawa Tengah yang didirikan oleh Sunan Kudus. Ketika melaksanakan shalat dapat meningkatkan nilai-nilai persatuan, antara lain sebagai berikut :
  • Shalat mendidik kesatuan dan persatuan umat. Orang shalat menghadap ke satu tempat yang sama, yaitu Baitullah. Hal ini menunjukkan pentingnya mewujudkan persatuan dan kesatuan umat. Perasaan persatuan ini akan menimbulkan saling pengertian dan saling melengkapi antarsesama.
  • Shalat mendidik persamaan hak. Pada shalat berjamaah, dalam mengisi shaf tidak didasarkan pada status sosial jamaah, tidak pula memandang kekayaan atau pangkat, walau dalam shaf terdepan sekalipun. Gambaran ini menunjukkan adanya persamaan hak tanpa memedulikan tinggi kedudukan maupun tua umurnya.

4. Hadrah
Hadrah adalah salah satu jenis alat musik yang bernafaskan Islam. Seni suara yang diiringi dengan rebana (perkusi dari kulit hewan) sebagai alat musiknya. Sedang lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu yang bernuansakan Islami yaitu tentang pujian kepada Allah swt dan sanjungan kepada Nabi Muhammad saw.

Dalam menyelenggarakan pesta musik yang diiringi rebana ini juga menampilkan lagu cinta, nasehat dan sejarah-sejarah kenabian. Sampai sekarang kesenian hadrah masih eksis berkembang di masyarakat. Pada zaman sekarang kesenian hadrah biasanya hadir ketika acara pernikahan, akikahan atau sunatan. Bahkan kesenian hadrah ini dijadikan lomba antar pondok pesantren atau antar madrasah. Nilai persatuan dalam hadrah adalah sebagai berikut :
  • Dalam kesenian hadrah terdapat beberapa orang pemain musik dan beberapa orang penyanyi yang harus saling bahu membahu bekerja sama agar musik yang dihasilkan dapat dapat harmonis.
  • Kesenian hadrah ini dijadikan lomba antar pondok pesantren atau antar madrasah. Dengan lomba tersebut persatuan dan kesatuan antar santri atau siswa akan semakin kuat.

5. Keraton
Keraton merupakan bangunan pusat kerajaan atau kesultanan, tempat raja menetap. Pada masa Islam di Indonesia, keraton berperan penting baik sebagai pusat kekuasaan politik, juga berfungsi sebagai pusat penyebaran Agama Islam. Keraton atau istana yang dibangun pada masa Islam berorak khas perpaduan unsur-unsur arsitektur tradisional, budaya Hindu-Buddha dan budaya Islam.

Pada atapnya yang tumpang dan pintu masuk keraton yang berbentuk gapura. Letak keraton biasanya dihubungkan dengan kepercayaan masyarakat, selalu menghadap ke arah utara, di sebelah barat ada mesjid, dan sebelah timur ada pasar, sebelah selatan alun-alun. Tata ruang seperti merupakan tradisi masyarakat pra sejarah Indonesia yang disebut macapat. Di lapangan luas keraton terdapat pohon beringin besar. Masa kerajaan Mataram, di Alun-alun depan istana secara rutin rakyat Mataram “seba” menghadap Penguasa (lihat Keraton Yogyakarta). Nilai persatuan yang terdapat dalam keraton adalah :
  • Biasanya masyarakat berdatangan ke alun-alun untuk memenuhi panggilan ataupun mendengarkan pengumuman atau melihat unjuk kekuatan berupa peragaan bala prajurit dari penguasa setempat. Dengan adanya hubungan yang baik antara penguasa dan rakyatnya akan tercipta persatuan dan kesatuan yang kokoh.
  • Alun-alun mempunyai fungsi sosial budaya dapat dilihat dari kehidupan masyarakat dalam berinteraksi satu sama lain, apakah dalam perdagangan, pertunjukan hiburan ataupun olah raga. Dengan adanya alun-alun dapat membina kerukunan antar warga, antara rakyat dan penguasa.