Senin, 27 April 2020

Menemukan Gagasan Beberapa Teks

Wawan Setiawan Tirta
Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya serta waktu yang digunakan cepat dan singkat. Membaca ekstensif merupakan salah satu cara membaca dengan tujuan agar dapat menjangkau bahan bacaan secara luas. Dengan demikian, akan diperoleh sebuah pemahaman yang cukup memadai mengenai sebuah topik atau permasalahan tertentu. Membaca ekstensif dapat digunakan ketika membaca beberapa teks yang memiliki masalah utama sama. Kita dapat menarik kesimpulan mengenai teks yang memiliki masalah utama yang sama, meskipun pembahasan detailnya berbeda.

Supaya mampu menerapkan teknik membaca ekstensif secara baik dan benar memang diperlukan sebuah proses latihan yang konsisten (tetap). Selain itu, diperlukan pula kemauan kuat untuk dapat menjangkau bahan-bahan bacaan, baik yang berupa artikel maupun buku. Makin banyak bahan yang tersedia, berarti makin baik pula sarana yang tersedia bagi kalian untuk berlatih mempraktikkan teknik membaca ekstensif.

Karena membaca ekstensif merupakan kegiatan membaca secara luas, maka implikasinya antara lain, pertama, bahan-bahan bacaan, baik jenis teks maupun ragamnya haruslah luas dan beraneka. Dengan demikian, siswa akan banyak memiliki kekuasaan dalam melakukan pilihan terhadap bahan bacaan tersebut. Pada membaca ekstensif pengertian atau pemahaman yang bertaraf relatif rendah sudah memadai. Karena dalam program membaca ekstensif tuntutan dan tujuannya pun memang hanya sekedar untuk memahami isi yang penting saja dari bahan bacaan yang dibaca tersebut dengan menggunakan waktu secepat mungkin.

Teknik Membaca Ekstensif
  1. Teknik baca-pilih (selecting) adalah membaca bahan bacaan atau bagian-bagian bacaan yang dianggap mengandung informasi dibutuhkan. Dalam hal ini, pembaca hanya memilih dan membaca bagian-bagian bacaan yang diperlukan saja.
  2. Teknik baca-lompat (skipping) adalah membaca dengan melakukan lompatan-lompatan membaca. Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak sesuai dengan keperluan atau sudah dipahami tidak dihiraukan.
  3. Teknik baca-layap (skimming) adalah membaca dengan cepat (sekilas) untuk memperoleh gambaran umum isi buku atau bacaan lainnya secara menyeluruh. Teknik ini digunakan untuk (1) mengenali topik bacaan; (2) mengetahui pendapat orang (opini); (3) mengetahui bagian penting tanpa harus membaca seluruh bacaan.
  4. Teknik baca-tatap (scanning) adalah suatu teknik pembacaan sekilas cepat, tetapi teliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi khusus dari bacaan. Misalnya, untuk mencari nomor telepon, mencari makna kata dalam kamus, mencari keterangan tentang istilah dalam ensiklopedi, mencari acara siaran televisi, dan mengetahui daftar perjalanan.

Cara Membaca Ekstensif Teknik Skimming
Anda dapat membaca ekstensif dengan langkah-langkah berikut ini.
  1. Mengumpulkan bahan bacaan sejenis dari berbagai atau beberapa sumber. Anda dapat mencari dari media massa cetak atau elektronik.
  2. Membaca sekilas judul bacaan tersebut.
  3. Membaca satu demi satu setiap bacaan (artikel atau berita) yang sudah Anda kumpulkan. Lakukan dengan cara skimming. Artinya, Anda tidak perlu membaca keseluruhan bacaan.
  4. Mencatat atau memberi tanda pada hal-hal pokok bacaan sambil membaca. Membaca skimming dapat dilakukan dengan cara mata bergerak pada baris-baris pertama atau terakhir yang mengandung ide pokok paragraf. Kemudian, gerakan mata melompat dan berhenti pada beberapa fakta, detail tertentu yang penting, dan menunjang ide pokok.
  5. Meneliti secara sekilas petunjuk-petunjuk lain mengenai informasi yang dibicarakan dalam bacaan tersebut.

Bacalah kedua teks bacaan berikut ini!
ISPA di Indonesia
Seperti di negara berkembang lainnya, angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Seperempat sampai sepertiga dari kematian usia balita disebabkan oleh penyakit ISPA terutama pnemonia. Kejadian penyakit pnemonia di negara berkembang 10 s/d 15 kali lebih sering dibandingkan dengan di negara maju. Tingginya jumlah kejadian pnemonia ini disebabkan antara lain oleh faktor risiko, seperti berat badan lahir rendah (BBLR), gizi buruk, dan polusi di dalam rumah.

Selain tingginya kematian yang disebabkan oleh ISPA, diketahui pula bahwa penyakit ISPA merupakan bagian terbesar dari kunjungan pasien di puskesmas (50% — 60%) dan di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (15% — 30%). Di samping permasalahan kematian dan kesakitan, banyak biaya dikeluarkan untuk antibiotika yang diberikan pada pengobatan kasus batuk pilek biasa.

Berdasarkan uji coba pemberantasan, diketahui bahwa akibat kematian pnemonia dapat diturunkan dengan pengobatan secara standar. Studi juga meyakinkan kita bahwa kader di masyarakat dapat dilatih untuk mengenal pnemonia dan mengobati kasus pnemonia ini dengan antibiotik (bukan untuk kasus pnemonia berat).

Pada masa implementasi (penerapan) awal, disusun rencana operasional program, petunjuk pelaksanaan serta pelatihan, baik bagi pengelola program tingkat provinsi dan kabupaten maupun bagi pelaksana program di puskesmas/pustu/masyarakat (kader). Adapun tujuan dari program tersebut adalah untuk menurunkan angka kematian dan penderita ISPA (terutama pnemonia pada usia balita).

Strategi utama pemberantasan adalah pengobatan kasus secara standar. Di samping itu, program juga memberikan penekanan pada pentingnya usaha pencegahan dengan cara imunisasi (campak dan pertusis) serta bekerja sama secara lintas program bagi pengurangan faktor risiko (berat badan lahir rendah dan gizi buruk).

Ada beberapa tantangan bagi keberhasilan pelaksanaan program, di antaranya adalah (1) keterlibatan para dokter dan paramedis dalam mempraktikkan pengobatan secara standar terhadap setiap penderita ISPA; (2) penyuluhan kesehatan yang efektif kepada masyarakat terutama keluarga yang mempunyai anak balita untuk mengenal tanda-tanda penyakit pnemonia agar mereka dapat mencari pertolongan atau pengobatan dengan segera; (3) pendidikan bagi dokter dan paramedis untuk tidak memberikan antibiotik bagi penderita batuk pilek biasa; (4) usaha pencegahan spesifik terhadap penyakit campak dan pertusis dengan cara imunisasi; dan (5) kerja sama lintas program untuk mengurangi faktor risiko lain seperti berat badan lahir rendah, gizi buruk, kekurangan vitamin A, serta polusi.

Ada beberapa hal yang penting dalam bacaan tersebut, di antaranya berikut.
  1. Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Penyebab kematian bayi adalah penyakit ISPA terutama pneumonia. Tingginya kejadian pneumonia disebabkan oleh faktor resiko seperti berat badan lahir rendah , gizi buruk, dan polusi dalam rumah.
  2. Penderita penyakit ISPA merupakan pengunjung terbesar Puskesmas dan rumah sakit.
  3. Kematian akibat pneumonia dapat diturunkan dengan pengobatan standar dengan cara melatih kader masyarakat mengenal dan mengobati pneumonia dengan antibiotik.
  4. Pada penerapan awal disusun rencana program, petunjuk pelaksanaan dan pelatihan bagi pengelola dan pelaksana program dari tingkat provinsi sampai dengan masyarakat (kader).
  5. Program juga memberikan penekanan pentingnya usaha pencegahan dengan cara imunisasi serta kerjasama secara lintas program pengurangan faktor resiko.
  6. Beberapa tantangan pelaksanaan program diantaranya adalah keterlibatan para dokter dan paramedis, penyuluhan kesehatan yang efektif, pendidikan para dokter dan paramedis, usaha pencegahan secara spesifik, dan kerjasama lintas program.